Gembala Sidang sebagai Pengajar
berdasarkan surat-surat penggembalaan I, II Timotius,
dan Titus.
oleh
: Rianto, M.Pd.K.
A.
PENDAHULUAN
Di
Amerika faktor katalisator utama bagi pertumbuhan dalam gereja adalah gembala
sidang. Istilah “Katalisator” dalam
Kamus Bahasa Indonesia adalah seseorang
atau sesuatu yg menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru
atau mempercepat suatu peristiwa. Dalam konteks ini makan dapat kita pahami
bahwa setiap gembala sidang yang dinamis akan dapat mendorong pertumbuhan
gereja.
Gereja (bahasa
Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata bahasa
Indonesia yang berarti suatu perkumpulan
atau lembaga dari penganut Kristiani. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat".
Istilah ini muncul dalam 2 ayat dari Injil Matius, 24 ayat dari Kisah Para
Rasul, 58 ayat dari surat Rasul Paulus, 2 ayat dari Surat kepada Orang Ibrani, 1 ayat dari Surat Yakobus, 3 ayat dari Surat Yohanes
yang Ketiga, dan 19 ayat dari Kitab Wahyu.
Gereja berasal dari
bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)
yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo=
memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa
arti:
- Arti pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.
- Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
- Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll.
- Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
- Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.[1]
Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari
setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang
percaya pada Yesus Kristus.
“Ekklesia”
yang artinya dalam Matius adalah Yesus menyatakan bahwa Ia datang ke dunia ini
untuk membangun gereja di atas dasar pengakuan bahwa Dia adalah Mesias, Anak
Allah
Pertumbuhan
Rohani di dalam gereja berhubungan dengan doktrinnya atau berbagai keyakinannya
dan organisasinya. Ini sangat penting
karena berkaitan dengan kebenaran Tuhan dan sistem pemerintah di dalam gereja
itu. Orang-orang yang mendapat karunia
dari Tuhan menyerahkan kehidupan mereka untuk menyelidiki kebenaran-kebenaran
di dalam Kitab Suci untuk mempertahankannya terhadap ajaran-ajaran palsu.[2]
Adalah
wajar bagi para gembala sidang gereja yang sedang bertumbuh untuk menyangkal
bahwa mereka adalah kunci utama pertumbuhan. [3]Di dalam surat-surat Paulus
kepada Timotius dan Titus ini disebut sebagai surat-surat pastoral yang
ditujukan kepada “gembala-gembala sidang”.
Tugas
yang pertama di mana Timotius dan Titus merupakan contoh untuk meneruskan misi para rasul, mengikuti pola
hidup mereka yang sudah ditahbiskan dan menikmati kewenangan apostolik. Tugas
yang kedua adalah melatih diri dan mengajar mereka di dalam jemaat yang telah
memilih mereka. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai : persitilahan gembala
sidang dan pengajar, permasalahan gembala sidang dalam pengajaran ; gembala sidang dalam I Timotius; Gembala
sidang dalam II Timotius dan Gembala Sidang dalam Titus.
B.
PERISTILAHAN GEMBALA SIDANG DAN PENGAJAR
Frase
“Gembala Sidang” sama dengan pendeta. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “pendeta” adalah pemimpin
agama, atau guru agama.[4]
Frase
“ pengajar” ini mengandung arti dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah orang
yg mengajar seperti guru dan pelatih.
Sedangkan pengertian “mengajar” adalah memberi pelajaran, melatih, memarahi
(memukuli, menghukum, dsb) supaya jera.
Pengajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang diusahakan bersama oleh guru dan muridnya. Di mana
guru sebagai pengajar dan anak didik sebagai pembelajar (belajar). Istilah
pengajaran dalam bahasa inggris adalah instruction
seperti yang diungkapkan Romiszowski (1981:4) menunjuk pada proses pengajaran
berpusat pada tujuan atau goal direction
teaching proses yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya. Karena
tujuan dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses
perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah
dirancang. Jadi, pengajaran (instruction)
ialah proses pembelajaran yang membuat orang melakukan proses belajar sesuai
dengan rancangan.
Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk
orang agar menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan dan berahklak
mulia, mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman
dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta pengenalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan.
Jadi
gembala sidang sebagai pengajar adalah seseorang yang mampu memberi pelajaran, melatih dan
sekaligus “memarahi” menjadi bagi umatnya.
C.
PERMASALAHAN GEMBALA SIDANG DALAM
PENGAJARAN
Permasalahan
gembala sidang dalam pengajaran adalah bagaimana peranan gembala sidang dalam
pengajaran Pendidikan Agama Kristen pada umatnya dari sudut pandang I Timotius,
II Timotius dan Titus ?
Maka
dengan ini, penulis merasakan perlunya pengetahuan tentang gembala sidang dalam
pengajaran. Hal ini akan kita bahas
bersama, mulai dari gembala sidang sebagai pengajar dari pandangan Timotius dan
Titus, Keluarga sebagai pusat pengembalaan PAK dan Sekolah sebagai pusat
pendidikan agama Kristen yang formal.
D.
PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR
DALAM I TIMOTIUS
Dalam
1 Timotius 6: 3-10 jelas bahwa peranan gembala sidang sebagai pengajar hendaknya
dapat dipertanggungjawabkan dihadap Tuhan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
1.
Peringatan Terhadap Guru-guru Palsu (I
Tim.6: 3-5)
Jika
seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni
perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai
dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu
apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang
menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang
tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah
itu adalah suatu sumber keuntungan.
2.
Sikap yang benar dari Guru-guru sejati
(I Tim. 6: 6-10)
Ibadah
itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak
membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke
luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya
terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu
yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam
keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab
oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa
dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Tidak semua gembala sidang atau pendeta,
menaruh minat pada Pendidikan Agama Kristen
(PAK). Masih banyak yang kurang memperhatikan pekerjaan ini dengan
semestinya. Ada pendeta-pendeta yang
sudah menanggung banyak pekerjaan macam lain dalam jemaat dan guna masyarakat,
sehingga tak ada kesempatan untuk menyerahkan diri kepada pengajaran agama. Ada
yang masih amat kurang mengetahui tentang isi dan metode pendidikan agama
itu. Ada yang berasumsi bahwa untuk
pengajaran PAK diserahkan pada kaum wanita saja, kesan ini sudah ditanamkan
dalam pikiran mereka di Sekolah Tinggi Teologi, karena di perguruan tinggi
teologi hanya menanamkan dan hanya teori-teori saja. Ada pendapat lainnnya
pendeta atau gembala sidang bahwa pendidikan agama Kristen adalah tugas yang
tidak sukar melakukannya, bahkan pekerjaan ringan saja yang tidak seberapa
menuntut pelajaran atau latihan istimewa.
Tetapi,
bilamana kita mencermati nasihat-nasihat Rasul Paulus mengenai tugas mengajar,
sebagaimana ditulis di kitab Timotius, bahwa seorang pendeta atau gembala
sidang harus bisa dan pandai mengajar orang lain, bahkan perlu juga dapat
memimpin orang lain pula dalam tugas mengajar itu. Ia diwajibkan mengajar
sendiri. Dan lagi harus mengajar pembantu-pembantunya bagaimana pula mereka
wajib mendidik jemaat.
Syukurlah
bahwa PAK sudah meresap di dalam kurikulum perguruan tinggi teologi masa kini,
sehingga sekarang Pendidikan Agama Kristen sudah dijadikan mata kuliah penting
dikebayakan di sekolah Tinggi Teologi. Di
Amerika gereja-gereja menjadi pelopor dalam PAK, juga di Belanda. Dalam
mempersiapan calon pendeta-pendeta diberi tugas dan praktik PAK di perguruan
tinggi teologi.
Jabatan
pendeta sebagai suatu karunia Tuhan, seperti diuraikan Paulus dalam Suratnya
kepada jemaat di I Tim. 5: 17.
5:17
Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama
mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.
Tuhan
Allah telah memberikan jabatan pengkotbah dan pengajar. Pendetalah memberitakan dan menerangkan iman
Kristen kepada anggota jemaat. Pendeta
menjadi teladan tentang sikap hidup dan kelakuakan Kristen. Pendeta juga
sebagai pembela dan menyerahkan hidupnya untuk jemaat, seperti Rasul Paulus
yang memberikan seluruh hidupnya untuk jemaat.
Dalam pergaulan masyarakat umum, pendeta
mewakili agama Kristen dan asas-asas Kristen dilingkungan pergaulan dalam
masyarakat. Oleh karena itu seorang pendeta harus: 1) Memiliki kearifan rohani. 1
Timotius 4:1-5; 2) Memberi petunjuk yang
jelas tentang ajaran sesat. 1 Timotius 4:6, 7; 3) Memperhatikan nilai
kesalehan. 1 Timotius 4:8-10; 4) Menjadi
teladan bagi jemaat. 1 Timotius 4:11-15;
5) Mengatur prioritas yang tepat. 1 Timotius 4:16; 6) Berhati-hati
memperlakukan orang lain. 1 Timotius 5:1-22 ; 7) Menyiagakan kesehatan yang
baik. 1 Timotius 5:23
Melalui
Pendeta sesungguhnya Gereja mengubah dunia dan masyarakat untuk mengetahui
kenyataan hidup manusia secara lebih baik. Gereja adalah “tiang dan dasar dari
kebenaran”. Kita harus memahami ini sebagai kalimat yang mengacu kepada
konsep-konsep pemikiran pada zaman itu; yaitu dari atas, dari dunia di mana
segala-galanya adalah kebenaran, Allah menurunkan Kebenaran-Nya ke bumi
sebagai pilar, atau tanda yang kelihatan tempat kita bisa bersandar. Walaupun
terjadi ketidaksetiaan di dalam Gereja, Allah menggunakan Gereja untuk
melestarikan pengetahuan yang benar dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus di dalam
dunia. Tanpa pengetahuan ini manusia tidak akan bebas dan umat manusia tidak
akan dapat mencapai kedewasaannya.
E.
PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR
DALAM II TIMOTIUS
II
Timotius dalam konteks peranan gembala
sidang sebagai pengajar dapat diambil dari pasal 2 : 20-26, pasal 3 : 1-9 dan
pasal 3: 10-17 :
1.
Hidup murni dalam pelayanan (II Tim.2 :
20-26)
Dalam
rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan
juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang
terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari
hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia
dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap
pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,
kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan
dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan
tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan
seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua
orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun
orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan
dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis
yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.
2.
Ajaran sesat dalam jemaat (II Tim. 3 :
1-9 )
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia
akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan
menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak
terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak
tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat
mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir
panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara
lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka
memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat
orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat
perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai
nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal
kebenaran. Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka
menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. Tetapi
sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan
Yambres, kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.
3.
Teladan sebagai pengajar (II Tim. 3 :
10-17)
Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku,
kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara
seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua
penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Memang
setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita
aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka
menyesatkan dan disesatkan. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada
kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat
orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau
sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan
demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik.
F.
PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR
DALAM KITAB TITUS.
Melalui surat Paulus kepada Titus dapat
kita dapat implementasikan bahwa peranan gembala sidang sebagai pengajar dapat
kita lihat sebagai berikut :
1.
Penetapan dan kebutuhan akan penatua
pengajar (Titus 1 : 5-16)
a. Persyaratan bagi
penatua (Titus 1: 6-9)
- Orang yang tak bercacat
- Hanya mempunyai satu istri
- Hidup tertib
- Tidak angkuh
- Bukan pemberang
- Bukan peminum
- Bukan pemarah
- Tidak serakah
- Suka memberi tumpangan
- Suka akan yang baik
- Bijaksana
- Adil
- Saleh
- Dapat menguasai diri
- Berpegang pada perkataan yang benar
Dalam persyaratan ini berlaku juga bagi para gembala
sidang, karena penatua adalah bagian dari gembala sidang yang tak
terpisahkan. Karena bagian dari pimpinan
gereja.
b. Para Penatua
diperlukan untuk memerangi kesalahan (Titus 1:10-16)
Karena
sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang
pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Orang-orang
semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga
dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan. Seorang dari kalangan
mereka, nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong,
binatang buas, pelahap yang malas."
Kesaksian
itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat
dalam iman, dan
tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang
berpaling dari kebenaran. Bagi
orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman
suatu pun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan
perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak
sanggup berbuat sesuatu yang baik.
2.
Tugas Pastoral Penatua sebagai pengajar
(2 : 1-3:11)
a. Menerapkan
Doktrin yang benar pada kasus-kasus tertentu (Titus 2 : 1-10)
Pemberitaan yang sesuai dengan ajaran
yang sehat, laki-laki
yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman,
dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian
juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang
beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap
mengajarkan hal-hal yang baik dan
dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan
anak-anaknya, hidup
bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada
suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. Demikian juga orang-orang
muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu
sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu
sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka
sebarkan tentang kita. Hamba-hamba
hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka,
jangan membantah, jangan
curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka
dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
b. Memberitakan
Doktrin yang benar : Kasih Karunia Allah (Titus 2 : 11-15)
Karena
kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Mendidik kita supaya kita
meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup
bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah
yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan
diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik. Beritakanlah
semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu.
Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.
G.
PENUTUP
Bahwa
peranan gembala sidang atau pendeta sangat penting dalam kotbah dan pengajaran
bagi umat untuk berkembang dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus.
Menjadi
pertanyaan adalah sudah sejauh mana gembala sidang atau pendeta sudah
menjalankan pelayanan yang maksimal khusus pengajaran dilingkungan gerejanya
masing-masing ?
Inilah
yang menjadi tanggung jawab yang harus kita kerjakan dengan pertolongan Roh
Kudus untuk memampukan dalam pelayanan kita.
SUMBER BUKU
B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gadum
Mas, 2010) Hal. 21
C. Peter Wagner, Gereja
Saudara Dapat Bertumbuh, (Malang : Gadum Mas, 2003) Hal. 57
Balai Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka, 2002) Hal. 849
SUMBER INTERNET
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja
[2] B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gadum Mas, 2010) Hal. 21
[3] C. Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, (Malang : Gadum Mas, 2003) Hal. 57
[4] Balai Pusat Bahasa Depatemen
Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) Hal. 849
Tidak ada komentar:
Posting Komentar