Kamis, 09 Oktober 2014

GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR BERDASARKAN SURAT-SURAT PENGGEMBALAAN I, II TIMOTIUS, DAN TITUS.



Gembala Sidang sebagai Pengajar
berdasarkan surat-surat penggembalaan I, II Timotius, dan Titus.
oleh : Rianto, M.Pd.K.

A.   PENDAHULUAN
Di Amerika faktor katalisator utama bagi pertumbuhan dalam gereja adalah gembala sidang.  Istilah “Katalisator” dalam Kamus Bahasa Indonesia  adalah seseorang atau sesuatu yg menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa. Dalam konteks ini makan dapat kita pahami bahwa setiap gembala sidang yang dinamis akan dapat mendorong pertumbuhan gereja.
Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut Kristiani. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat". Istilah ini muncul dalam 2 ayat dari Injil Matius, 24 ayat dari Kisah Para Rasul, 58 ayat dari surat Rasul Paulus, 2 ayat dari Surat kepada Orang Ibrani, 1 ayat dari Surat Yakobus, 3 ayat dari Surat Yohanes yang Ketiga, dan 19 ayat dari Kitab Wahyu.
Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti:
  1. Arti pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.
  2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
  3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll.
  4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
  5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadahumat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.[1]
Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.
“Ekklesia” yang artinya dalam Matius adalah Yesus menyatakan bahwa Ia datang ke dunia ini untuk membangun gereja di atas dasar pengakuan bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah
Pertumbuhan Rohani di dalam gereja berhubungan dengan doktrinnya atau berbagai keyakinannya dan organisasinya.  Ini sangat penting karena berkaitan dengan kebenaran Tuhan dan sistem pemerintah di dalam gereja itu.  Orang-orang yang mendapat karunia dari Tuhan menyerahkan kehidupan mereka untuk menyelidiki kebenaran-kebenaran di dalam Kitab Suci untuk mempertahankannya terhadap ajaran-ajaran palsu.[2]
Adalah wajar bagi para gembala sidang gereja yang sedang bertumbuh untuk menyangkal bahwa mereka adalah kunci utama pertumbuhan. [3]Di dalam surat-surat Paulus kepada Timotius dan Titus ini disebut sebagai surat-surat pastoral yang ditujukan kepada “gembala-gembala sidang”.
Tugas yang pertama di mana Timotius dan Titus merupakan contoh untuk  meneruskan misi para rasul, mengikuti pola hidup mereka yang sudah ditahbiskan dan menikmati kewenangan apostolik. Tugas yang kedua adalah melatih diri dan mengajar mereka di dalam jemaat yang telah memilih mereka. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai : persitilahan gembala sidang dan pengajar, permasalahan gembala sidang dalam pengajaran ;  gembala sidang dalam I Timotius; Gembala sidang dalam II Timotius dan Gembala Sidang dalam Titus.

B.   PERISTILAHAN GEMBALA SIDANG DAN PENGAJAR
Frase “Gembala Sidang”  sama dengan pendeta.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “pendeta”  adalah pemimpin agama, atau guru agama.[4]
Frase “ pengajar” ini mengandung arti dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yg mengajar seperti guru dan pelatih. Sedangkan pengertian “mengajar” adalah memberi pelajaran, melatih, memarahi (memukuli, menghukum, dsb) supaya jera.
Pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang diusahakan bersama oleh guru dan muridnya. Di mana guru sebagai pengajar dan anak didik sebagai pembelajar (belajar). Istilah pengajaran dalam bahasa inggris adalah instruction seperti yang diungkapkan Romiszowski (1981:4) menunjuk pada proses pengajaran berpusat pada tujuan atau goal direction teaching proses yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya. Karena tujuan dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah dirancang. Jadi, pengajaran (instruction) ialah proses pembelajaran yang membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk orang agar menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan dan berahklak mulia, mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta pengenalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif  kemasyarakatan.
Jadi gembala sidang sebagai pengajar adalah seseorang yang  mampu memberi pelajaran, melatih dan sekaligus “memarahi” menjadi bagi umatnya.

C.   PERMASALAHAN GEMBALA SIDANG DALAM PENGAJARAN
Permasalahan gembala sidang dalam pengajaran adalah bagaimana peranan gembala sidang dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen pada umatnya dari sudut pandang I Timotius, II Timotius dan Titus ?
Maka dengan ini, penulis merasakan perlunya pengetahuan tentang gembala sidang dalam pengajaran.  Hal ini akan kita bahas bersama, mulai dari gembala sidang sebagai pengajar dari pandangan Timotius dan Titus, Keluarga sebagai pusat pengembalaan PAK dan Sekolah sebagai pusat pendidikan agama Kristen yang formal.  

D.   PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR DALAM  I TIMOTIUS
Dalam 1 Timotius 6: 3-10 jelas bahwa peranan gembala sidang sebagai pengajar hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dihadap Tuhan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
1.    Peringatan Terhadap Guru-guru Palsu (I Tim.6: 3-5)
Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
2.    Sikap yang benar dari Guru-guru sejati (I Tim. 6: 6-10)
Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
             Tidak semua gembala sidang atau pendeta, menaruh minat  pada Pendidikan Agama Kristen (PAK). Masih banyak yang kurang memperhatikan pekerjaan ini dengan semestinya.  Ada pendeta-pendeta yang sudah menanggung banyak pekerjaan macam lain dalam jemaat dan guna masyarakat, sehingga tak ada kesempatan untuk menyerahkan diri kepada pengajaran agama. Ada yang masih amat kurang mengetahui tentang isi dan metode pendidikan agama itu.  Ada yang berasumsi bahwa untuk pengajaran PAK diserahkan pada kaum wanita saja, kesan ini sudah ditanamkan dalam pikiran mereka di Sekolah Tinggi Teologi, karena di perguruan tinggi teologi hanya menanamkan dan hanya teori-teori saja. Ada pendapat lainnnya pendeta atau gembala sidang bahwa pendidikan agama Kristen adalah tugas yang tidak sukar melakukannya, bahkan pekerjaan ringan saja yang tidak seberapa menuntut pelajaran atau latihan istimewa.
Tetapi, bilamana kita mencermati nasihat-nasihat Rasul Paulus mengenai tugas mengajar, sebagaimana ditulis di kitab Timotius, bahwa seorang pendeta atau gembala sidang harus bisa dan pandai mengajar orang lain, bahkan perlu juga dapat memimpin orang lain pula dalam tugas mengajar itu. Ia diwajibkan mengajar sendiri. Dan lagi harus mengajar pembantu-pembantunya bagaimana pula mereka wajib mendidik jemaat.
Syukurlah bahwa PAK sudah meresap di dalam kurikulum perguruan tinggi teologi masa kini, sehingga sekarang Pendidikan Agama Kristen sudah dijadikan mata kuliah penting dikebayakan di sekolah Tinggi Teologi.  Di Amerika gereja-gereja menjadi pelopor dalam PAK, juga di Belanda. Dalam mempersiapan calon pendeta-pendeta diberi tugas dan praktik PAK di perguruan tinggi teologi.
Jabatan pendeta sebagai suatu karunia Tuhan, seperti diuraikan Paulus dalam Suratnya kepada jemaat di I Tim. 5: 17.
5:17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.
Tuhan Allah telah memberikan jabatan pengkotbah dan pengajar.  Pendetalah memberitakan dan menerangkan iman Kristen kepada anggota jemaat.  Pendeta menjadi teladan tentang sikap hidup dan kelakuakan Kristen. Pendeta juga sebagai pembela dan menyerahkan hidupnya untuk jemaat, seperti Rasul Paulus yang memberikan seluruh hidupnya untuk jemaat.
Dalam pergaulan masyarakat umum, pendeta mewakili agama Kristen dan asas-asas Kristen dilingkungan pergaulan dalam masyarakat. Oleh karena itu seorang pendeta harus: 1) Memiliki kearifan rohani. 1 Timotius 4:1-5;  2) Memberi petunjuk yang jelas tentang ajaran sesat. 1 Timotius 4:6, 7; 3) Memperhatikan nilai kesalehan. 1 Timotius 4:8-10;  4) Menjadi teladan bagi jemaat. 1 Timotius 4:11-15;  5) Mengatur prioritas yang tepat. 1 Timotius 4:16; 6) Berhati-hati memperlakukan orang lain. 1 Timotius 5:1-22 ; 7) Menyiagakan kesehatan yang baik. 1 Timotius 5:23
Melalui Pendeta sesungguhnya Gereja mengubah dunia dan masyarakat untuk mengetahui kenyataan hidup manusia secara lebih baik. Gereja adalah “tiang dan dasar dari kebenaran”. Kita harus memahami ini sebagai kalimat yang mengacu kepada konsep-konsep pemikiran pada zaman itu; yaitu dari atas, dari dunia di mana segala-galanya adalah kebenaran, Allah menurunkan Ke­benaran-Nya ke bumi sebagai pilar, atau tanda yang kelihatan tempat kita bisa bersandar. Wala­upun terjadi ketidaksetiaan di dalam Gereja, Allah menggunakan Gereja untuk melestarikan pe­nge­tahuan yang benar dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus di dalam dunia. Tanpa pengetahuan ini manu­sia tidak akan bebas dan umat manusia tidak akan dapat mencapai kedewasaannya.        

E.   PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR DALAM  II TIMOTIUS
II Timotius dalam konteks  peranan gembala sidang sebagai pengajar dapat diambil dari pasal 2 : 20-26, pasal 3 : 1-9 dan pasal 3: 10-17 :
1.     Hidup murni dalam pelayanan (II Tim.2 : 20-26)
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.
2.     Ajaran sesat dalam jemaat (II Tim. 3 : 1-9 )
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.

3.     Teladan sebagai pengajar (II Tim. 3 : 10-17)
Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
F.    PERANAN GEMBALA SIDANG SEBAGAI PENGAJAR DALAM KITAB TITUS.
Melalui surat Paulus kepada Titus dapat kita dapat implementasikan bahwa peranan gembala sidang sebagai pengajar dapat kita lihat sebagai berikut : 
1.  Penetapan dan kebutuhan akan penatua pengajar (Titus 1 : 5-16)
a.    Persyaratan bagi penatua (Titus 1: 6-9)
-       Orang yang tak bercacat
-       Hanya mempunyai satu istri
-       Hidup tertib
-       Tidak angkuh
-       Bukan pemberang
-       Bukan peminum
-       Bukan pemarah
-       Tidak serakah
-       Suka memberi tumpangan
-       Suka akan yang baik
-       Bijaksana
-       Adil
-       Saleh
-       Dapat menguasai diri
-       Berpegang pada perkataan yang benar
Dalam persyaratan ini berlaku juga bagi para gembala sidang, karena penatua adalah bagian dari gembala sidang yang tak terpisahkan.  Karena bagian dari pimpinan gereja. 

b.  Para Penatua diperlukan untuk memerangi kesalahan (Titus 1:10-16)
Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran.  Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan. Seorang dari kalangan mereka, nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas."
Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran. Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.  Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.
2.  Tugas Pastoral Penatua sebagai pengajar (2 : 1-3:11)
a.    Menerapkan Doktrin yang benar pada kasus-kasus tertentu (Titus   2 : 1-10)
Pemberitaan yang sesuai dengan ajaran yang sehat, laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

b.    Memberitakan Doktrin yang benar : Kasih Karunia Allah (Titus 2 : 11-15)
Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.


G.   PENUTUP
Bahwa peranan gembala sidang atau pendeta sangat penting dalam kotbah dan pengajaran bagi umat untuk berkembang dan bertumbuh dalam iman kepada Kristus.
Menjadi pertanyaan adalah sudah sejauh mana gembala sidang atau pendeta sudah menjalankan pelayanan yang maksimal khusus pengajaran dilingkungan gerejanya masing-masing ? 
Inilah yang menjadi tanggung jawab yang harus kita kerjakan dengan pertolongan Roh Kudus untuk memampukan dalam pelayanan kita.

SUMBER BUKU
B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gadum Mas, 2010) Hal. 21
C. Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, (Malang : Gadum Mas, 2003) Hal. 57
Balai Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) Hal. 849

SUMBER INTERNET
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja
[2] B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gadum Mas, 2010) Hal. 21
[3] C. Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, (Malang : Gadum Mas, 2003) Hal. 57
[4] Balai Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) Hal. 849

Tidak ada komentar:

Posting Komentar